Berita Populer

Kurikulum Merdeka Belajar: Langkah Maju atau Mundur dalam Pengembangan Keterampilan Siswa?

Merdeka Belajar

Insipirasi – Di tengah arus deras perubahan zaman, ‘Kebijakan Merdeka Belajar’ yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjabarkan ‘Kurikulum Merdeka Belajar’ sebagai sebuah inisiatif yang dirancang untuk menjawab tantangan tersebut. Sementara gagasan ini bertujuan untuk menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebutuhan abad ke-21, pertanyaannya adalah sejauh mana kurikulum ini memadai dalam mengasah keterampilan siswa?

  • Penekanan pada Kreativitas dan Kritis: Kurikulum ini mengklaim dirinya berupaya menumbuhkan kreativitas dan pola pikir kritis siswa lewat pembelajaran yang lebih fleksibel dan tidak terlalu terfokus pada hafalan. Namun, apakah sekolah-sekolah di Indonesia secara infrastruktur dan sumber daya manusia sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran model ini?
  • Peluang Pembelajaran Self-paced: Kerangka ‘Merdeka Belajar’ memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan minat mereka, potensial mendukung inisiatif pembelajaran mandiri. Masih menjadi pertanyaan, bisa tidaknya sekolah-sekolah di berbagai daerah dengan kondisi yang serba berbeda merealisasikan konsep ini secara efektif.
  • Konektivitas dengan Dunia Industri: Melalui ‘Program Kampus Merdeka’, tercipta keterkaitan antara dunia akademis dan industri, memperkaya pengalaman belajar dan keterampilan siswa. Namun, perlu diselidiki lebih jauh, apakah kerjasama ini benar-benar terjadi di lapangan dan membawa manfaat yang nyata bagi para siswa.

Kritisisme lain yang muncul terkait dengan pendekatan ini adalah bagaimana ‘Kurikulum Merdeka Belajar’ mengintegrasikan keberagaman konteks sosial dan budaya yang ada di Indonesia. Pendidikan di Indonesia tidak homogen; ada perbedaan besar antara sekolah di daerah perkotaan dengan daerah terpencil. Inisiatif ini sejatinya harus mampu merangkul keanekaragaman kebutuhan belajar:

  • Adaptasi Lokal Kurikulum: Mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragaman budaya, sejauh mana ‘Kurikulum Merdeka Belajar’ dapat mengakomodasi keragaman tersebut menjadi pertanyaan yang krusial.
  • Standardisasi vs Fleksibilitas: Menciptakan keseimbangan antara kurikulum yang memenuhi standar nasional dengan memberikan ruang untuk adaptasi lokal merupakan pelikan yang sulit. Reformasi ini harus dapat menjawab di mana titik temu antara keduanya dapat tercapai.

Ketika kita menilai ‘Kurikulum Merdeka Belajar’, kita tidak boleh melupakan bahwa sistem pendidikan yang hanya memfokuskan pada kelengkapan kurikulum tanpa menyiapkan secara penuh para guru, fasilitas, serta infrastruktur penunjang lainnya bisa jadi tidak lebih dari semacam utopia pendidikan. Oleh karena itu, sebelum kita dapat memutuskan secara definitif apakah kurikulum ini merupakan langkah maju, perlu diadakan investigasi mendalam dan umpan balik dari berbagai pemangku kepentingan di seluruh penjuru negeri.

Baca Juga : Perbedaan DPT, DPTb, dan DPK Bagi Pemilih di Pemilu 2024

Related posts

Menuju 2045: Apa Kabar Mimpi Besar Indonesia?

admin

Sri Mulyani dan Nicke Widyawati Masuk Dalam Daftar 100 Wanita Berpengaruh di Dunia Versi Forbes

admin

Profil Orang Terkaya Tertua dan Termuda di Indonesia

admin

Leave a Comment